Home » » DALIL-DALIL BAHWA ISLAM BUKAN AGAMA TERORIS

DALIL-DALIL BAHWA ISLAM BUKAN AGAMA TERORIS

Posted by Blog Kaum Ghurabah on Saturday, March 7, 2015


Islam bukanlah agama teroris, perbuatan teroris jauh dari bimbingan agama islam. berikut ana sampaikan dalil-dalil yg menyatakan bahwa islam bukanlah agama kekerasan.

Dalil-dalil dari Al qur’an

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An- Nahl : 125)
Ayat ini menerangkan tentang metode berdakwah, yaitu dengan hikmah, yakni harus dengan ilmu. Allah dan RasulNya menyebut ilmu itu dengan sebutan hikmah, karena ilmu itu menyangkal kebatilan dan membantu manusia untuk mengikuti yang haq. Bersama ilmu itu harus pula disertai pelajaran (wejangan) yang baik dan bantahan yang lebih baik saat diperlukan, karena sebagian orang cukup dengan penjelasan al-haq, maka tatkala kebenaran (al-haq) itu tampak baginya, ia langsung menerimanya. Dalam kondisi begitu, tidak perlu lagi wejangan. Namun sebagian orang ada yang polos (tidak bereaksi) dan ada yang keras sehingga perlu nasehat (wejangan) yang baik. Maka seorang dai, harus memberikan wejangan dan mengingatkan kepada Allah saat itu dibutuhkan. Ini untuk kondisi yang berhadapan dengan orang-orang jahil dan orang-orang lengah serta orang-orang yang suka bersikap menggampangkan (menganggap remeh), untuk orang-orang semacam itu perlu diberikan wejangan agar mereka terbuka dan puas serta menerima kebenaran. Ada pula orang yang telah diliputi keraguan, untuk yang semacam ini perlu didebat (dibantah) dengan tujuan untuk membongkar keraguan tersebut. Maka sang dai dalam menghadapi situasi seperti ini perlu menerangkan kebenaran disertai dalil-dalilnya serta membantah keraguan tersebut dengan cara yang lebih baik, hal ini tidak menghilangkan keraguan tersebut dengan dalil-dalil syari’at. Perlu diingat, bahwa dalam hal ini harus dengan perkataan yang baik, tutur kata yang halus dan lembut, tidak kasar dan tidak keras agar orang yang didakwahinya tidak antipati terhadap al-haq dan tetap bertahan pada kebatilannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ 
“Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” [Ali Imran: 159]

اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى
فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”.(thaha 43-44)

وَلا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَأُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَهُنَا وَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang lalim di antara mereka, dan katakanlah: “Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri”.

Dalil-dalil dari  Hadits
Dalam islam di ajarkan kelembutan, seperti pada hadits berikut ini
Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
Sesungguhnya, tidaklah suatu kelembutan ada pada sesuatu kecuali ia pasti menghiasinya dan tidak pula kelembutan itu dicabut kecuali akan memperburuknya
[Hadits Riwayat Muslim No. 2594]

Bahkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sekalipun terkadang mencela para ulama dari kalangan sahabat beliau dengan celaan yang lebih keras dari pada celaan beliau terhadap sahabat lainnya (yang bukan ulama, -pent) apabila mereka berbuat kesalahan. Sebagai contoh, ucapan beliau kepada Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu tatkala Mu’adz memanjangkan shalat ketika menjadi imam, memimpin kaumnya shalat berjama’ah, beliau mengatakan.
artinya : Apakah engkau ingin menimbulkan fitnah, wahai Mu’adz??[Hadist shahih riwayat Al-Bukhari no. 6126 dan Muslim no. 465]

Demikian pula sabda beliau kepada Usamah bin Zaid Radhiyallahu ‘anhu tatkala ia membunuh seorang musyrik dalam peperangan setelah orang itu mengucapkan kalimat tauhid?(Laa Ilaaha illallah)
artinya : Wahai Usamah ! Apakah engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan laa Ilaaha illallaah?! Usamah berkata : beliau terus mengulang-ulangi ucapan itu, sehingga aku berangan-angan (seandainya) aku belum memeluk Islam sebelum hari itu?{Riwayat Al-Bukhari no. 4269 dan Muslim no. 96]
Dan sungguh Usamah telah mengambil pelajaran penting dari sikap keras Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadapnya, ia menjadikannya sebagai sebuah nasihat pada masa terjadinya fitnah setelah peristiwa pembunuhan Khalifah Ar-Rasyid, Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu, Tindakan keras Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut atas dirinya telah mewariskan padanya sikap 몋awarru?(berhati-hati) dari darah-darah kaum muslimin.

Berikut hadits lain lagi bahwa tidak mungkin islam mengajarkan kekerasan, karena untuk tempat kencing saja sudah di atur
Dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kalau air yang berhenti – yakni yang tidak mengalir – itu dikencingi. (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Jauhkanlah dirimu dari dua perbuatan terkutuk, yaitu suka buang air di jalan umum atau suka buang air di tempat orang berteduh.” Riwayat Imam Muslim.
Dan berikut hadits lain lagi agar kita memudahkan dalam berdakwah, dan jangan sampai membuat orang lari.
Mudahkanlah dan jangan kalian persulit, berilah kabar gembira dan janganlah kalian membuat orang lari
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 69 dan Muslim no. 1734 dari Anas bin Malik. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim no. 1732 dari Abu Musa dengan lafaz

Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no.220 meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah berkata kepada para sahabatnya pada kisah tentang s
eorang Arab Badui yang kencing di masjid.
Biarkanlah dia ! Tuangkanlah saja setimba atau seember air. Sesungguhnya kalian diutus untuk mempermudah, bukan untuk mempersulit
Al-Bukhari meriwayatkan dari Aisyah hadits no.6927 bahwa Rasulullah bersabda
artinya : Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Mahalembut dan mencintai kelembutan di dalam semua urusan
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim no. 2593 dengan lafaz.
artinya : Wahai Aisyah, sesunguhnya Allah itu Mahalembut dan mencintai kelembutan. Allah memberi kepada kelembutan hal-hal yang tidak diberikan kepada kekerasan dan sifat-sifat lainnya
Muslim meriwayatkan hadits dalam kitab Shahihnya no.2594 dari Aisyah, Nabi bersabda.
artinya : Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak indah. Sebaliknya, tanpa kelembutan segala sesuatu akan nampak jelek
Muslim juga meriwayatkan hadits no. 2592 dari Jabir bin Abdullah bahwa Nabi bersabda.
artinya : Barangsiapa yang tidak memiliki sifat lembut, maka tidak akan mendapatkan kebaikan?
Hadist riwayat Anas Radhiyallahu ‘anhu :
Bahwa seorang badui kencing di mesjid, lalu sebagian sahabat menghampirinya. RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam. bersabda: Biarkan, jangan engkau hentikan. Anas berkata: Ketika orang itu telah selesai, Nabi saw. meminta seember air, lalu menyiramkannya pada tempat kencing itu 
(Hadits riwayat muslim)

Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, katanya: “RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Asyaj Abdul Qais: “Sesungguhnya dalam dirimu itu ada dua macam perkara yang dicintai oleh Allah, yaitu sabar dan perlahan-lahan – dalam tindakan.” (Riwayat Muslim)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, katanya: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah itu Maha Lemah-lembut dan mencintai sikap yang lemah-lembut dalam segala perkara.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha pula bahwasanya RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah itu Maha Lemah-lembut dan mencintai sikap lemah-lembut. Allah memberikan sesuatu dengan jalan lemah-lembut, yang tidak dapat diberikan jika dicari dengan cara kekerasan, juga sesuatu yang tidak dapat diberikan selain dengan jalan lemah-lembut itu.” (Riwayat Muslim)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha pula bahwasanya RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam. bersabda:
“Sesungguhnya sikap lemah-lembut itu tidak menetap dalam sesuatu perkara, melainkan ia makin memperindah hiasan baginya dan tidak dicabut dari sesuatu perkara, melainkan membuat cela padanya.” (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, katanya: “Ada seorang A’rab -orang Arab dari daerah pedalaman – kencing dalam masjid, lalu berdirilah orang banyak padanya dengan maksud hendak memberikan tindakan padanya. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . bersabda: “Biarkanlah orang itu dan di atas kencingnya itu siramkan saja setimba penuh air atau segayung yang berisi air. Karena sesungguhnya saja engkau semua itu dibangkitkan untuk memberikan kemudahandan bukannya engkau semua itu dibangkitkan untuk memberikan kesukaran.” (Riwayat  Bukhari)
Assajlu dengan fathahnya sin muhmalah dan sukunnya jim, artinya ialah timba yang penuh berisi air, demikian pula artinya kata adzdzanub.
Dari Anas radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sabdanya: “Berikanlah kemudahan dan jangan mempersukarkan. Berilah kegembiraan dan jangan menyebabkan orang lari.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Jarir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu., katanya: “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang tidak dikaruniai sifat lemah-lembut, maka ia tidak dikarunia segala macam kebaikan.” (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya ada seorang lelaki yang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Berikanlah wasiat padaku!” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Janganlah engkau marah.” Orang itu mengulang-ulangi lagi permintaan wasiatnya sampai beberapa kali, tetapi beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap menjawab: “Janganlah engkau marah.” (Riwayat Muslim)
Dari Abu Ya’la, yaitu Syaddad bin Aus radhiallahu ‘anhu. dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sabdanya:
“Sesungguhnya Allah itu menetapkan untuk berbuat kebaikan dalam segala hal. Maka jikalau engkau semua membunuh, maka berlaku baiklah dalam membunuh itu dan jikalau engkau semua menyembelih, maka berlaku baguslah dalam menyembelih itu. Hendaklah seseorang dari engkau semua itu mempertajamkan pisaunya serta memberi kelonggaran kepada apa yang disembelihnya itu,” seperti mempercepat jalannya pisau, tidak dikuliti sebelum benar-benar dingin, memberi minum sebelum disembelih dan Iain-lain. (Riwayat Muslim)
Keterangan:
Dalam Agama Islam hukuman bunuh itu juga diadakan, misalnya orang yang berzina muhshan, yaitu dengan cara dirajam (lihat Hadis keempat belas) atau perampok yang menghadang di jalan dengan cara dibunuh lalu disalibkan, juga seperti orang yang bermurtad dari Agama Islam, iapun wajib dibunuh setelah dinanti-kan tiga hari untuk disuruh bertaubat. Pembunuhannya dengan dipotong lehernya. Dalam hal hukuman bunuh dengan pemotongan leher ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan tuntunan hendaknya dilakukan dengan sebaik-baiknya, umpama pedang yang digunakan untuk itu hendaklah yang tajam, juga jangan mengadakan siksaan yang tidak-tidak, memotong-motong anggotanya setelah mati, dijadikan tontonan dan Iain-Iain.
Mengenai hukuman rajam, yakni dilempari batu yang sedang, sampai mati untuk orang yang berzina muhshan serta dibunuh lalu disalibkan untuk perampok, maka caranya memang demikianlah yang ditetapkan oleh syariat. Jadi sekalipun tampaknya kurang baik tetapi oleh sebab sudah demikian itu yang digariskan oleh syariat Islam, maka cara itu wajib tetap diikuti, sesuai dengan nash-nash yang ada.
Juga di kala menyembelih binatang untuk dimakan, hendaklah dengan cara yang sebaik-baiknya pula, misalnya pisaunya yang tajam, disenang-senangkan dulu sebelum disembelih dengan diberi makan minum secukupnya, dibaringkan di tempat yang rata, pisau dijalankan secepat mungkin sampai putuslah urat besar di lehernya,
jangan dikuliti dulu sampai dingin badannya, jangan pula menyembelih yang satu di muka yang lainnya, jangan pula disembelih binatang yang menyusui sebab kasihan anaknya dan Iain-Iain lagi.
Renungkanlah betapa lengkapnya aturan-aturan dalam Agama Islam itu, sampai menyembelihpun diberi tuntunan secukupnya.
dari http://www.abu-farhan.com


Gabung Disini

Directory Blog Salaf

My Blog List

Powered by Blogger.

Arsip Blog

.comment-content a {display: none;}