MEMBAWA EMBER BOCOR
Kita akan berbicara tentang keikhlasan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan hadits ini shahih:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ كَالْوِعَاءِ ، إِذَا طَابَ أَعْلاهُ طَابَ أَسْفَلُهُ ، وَإِذَا فَسَدَ أَعْلاهُ فَسَدَ أَسْفَلُهُ
“Amalan manusia itu seperti wadah (ember). Kalau bawahnya baik, maka atasnya baik (pula). Kalau bawahnya jelek, maka atasnya jelek (pula).”
Itulah hadits yang disampaikan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam. Jadi, kalau bawahnya baik, atasnya (juga) baik.
Bagaimana kalau bawahnya bocor?
(Perumpamaan:)
Kita sedang mengikuti kajian, semua membawa ember, dan (seketika) sampai rumahnya (telah) “habis”. (Istrinya bertanya,) “Bang, dari mana, bang?” (Dijawabnya,) “Eh, udah diam, diam!,” menghardik. Ternyata “embernya kosong”.
Kita sedang mengikuti kajian, semua membawa ember, dan (seketika) sampai rumahnya (telah) “habis”. (Istrinya bertanya,) “Bang, dari mana, bang?” (Dijawabnya,) “Eh, udah diam, diam!,” menghardik. Ternyata “embernya kosong”.
Seharusnya pulang kajian, dia tambah iman, tambah taqwa, dan tambah ikhlas, tapi pulang ke rumahnya, dia tambah buruk akhlaknya, tambah tidak benar amalannya. Maka jangan-jangan ember yang dibawa selama ini bocor.
Ilustrasi oleh Islamic Centre Bin Baz