"SEBAIK-BAIK ILMU ADALAH PARA SALAF"
"Sebaik-Baik IBADAH Adalah 'IBADAH' yang Mencocoki petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Para SAHABATNYA. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan dalam khutbahnya, Artinya..."Sebaik-baik perkataan adalah kalamullah dan sebaik-baik petunjuk adalah 'PETUNJUK' Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Sejelek-jelek perkara adalah perkara yang diada-adakan. Setiap BID’AH adalah SESAT.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, ْArtinya... “Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian generasi setelah mereka.”
Ibnu Mas’ud Radhiyyallau'anhu mengatakan,ٍ
“Siapa saja di antara kalian yang ingin mengikuti petunjuk, maka ambillah petunjuk dari orang-orang yang sudah mati. Karena orang yang masih hidup tidaklah aman dari fitnah. Mereka yang harus diikuti adalah para sahabat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam-.”
1 ● Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu berkata: “Wahai segenap manusia, pelajarilah ilmu (syar’i). Barangsiapa yang telah berilmu, maka hendaknya ia mengamalkannya.”
2.● Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata: “Perumpamaan ilmu yg tidak diamalkan bagaikan harta simpanan yang tidak diinfakkan darinya di jalan Allah ‘azza wa jalla.” (Lihat Iqtidho’ Al-‘Ilmi Al-‘Amal, karya Al-Khothib Al-Baghdadi, hal.24).
3 ● Abu Darda’ radhiyallahu anhu berkata: “Sesungguhnya sesuatu yg paling aku takutkan ialah apabila aku berdiri pada hari Kiamat untuk dilakukan penghitungan amalan, akan dikatakan (oleh Allah) kepadaku; “Engkau telah berilmu, lalu apa yg telah engkau amalkan dengan ilmumu?”.
4 ● Abu Darda’ radhiyallahu anhu juga berkata: “Engkau tidaklah menjadi seorang yg berilmu sehingga engkau mengamalkan ilmumu.” (Lihat Akhlaq A-‘Ulama, karya Al-Ajurry, hal.58).
5 ● Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu berkata: “Aku mengira bahwa seseorang lupa akan ilmu yg telah dipelajarinya itu disebabkan dosa yg diperbuatnya.” (Lihat Iqtidho’ Al-‘Ilmi Al-‘Amal, karya Al-Khothib Al-Baghdadi, hal.61).
6 ● Abdullah bin Al-Mu’taz rahimahullah berkata: “Ilmunya orang munafik (hanya nampak) pada perkataannya. Sedangkan ilmunya orang mukmin (terlihat) pada amal perbuatannya.”
7 ● Beliau juga berkata: “Ilmu tanpa amalan bagaikan pohon tanpa buah.” (Lihat Iqtidho’ Al-‘Ilmi Al-‘Amal, karya Al-Khothib Al-Baghdadi, hal.37-38).
8 ● Asy-Sya’bi rahimahullah berkata: “Kami bukanlah para ulama yg faqih (paham tentang agama). Kami hanyalah orang-orang yg mendengarkan hadits, lalu meriwayatkannya. Akan tetapi, orang-orang yang faqih (paham tentang agama) dengan sebenarnya adalah orang-orang yang apabila telah memahami suatu ilmu, mereka mengamalkannya.” (Lihat Iqtidho’ Al-‘Ilmi Al-‘Amal, karya Al-Khothib Al-Baghdadi, hal.79).
9 ● Sufyan bin Uyainah rahimahullah berkata: “Ilmu (syar’i) itu jika tidak memberikan manfaat kepadamu, niscaya ia akan memberikan mudhorot (bahaya) kepadamu.”
10 ● Al-Khothib Al-Baghdadi rahimahullah mengomentari perkataan Sufyan bin Uyainah di atas dengan mengatakan, “maksud beliau adalah apabila ilmu itu tidak bermanfaat bagi (pemilik)nya dengan mengamalkannya, maka ilmunya akan bermudhorot baginya disebabkan ia akan menjadi hujjah yang membinasakannya (pada hari Kiamat, pent).” (Lihat Iqtidho’ Al-‘Ilmi Al-‘Amal, karya Al-Khothib Al-Baghdadi, hal.56).
11 ● Al-Fudhoil bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Orang-orang yg berilmu (yakni para ulama) itu banyak. Sedangkan orang-orang yg bijak (yakni ahli hikmah) itu sedikit. Dan tidaklah diinginkan dari ilmu melainkan (tumbuhnya) sikap hikmah (bijak). Maka barangsiapa diberi hikmah (oleh Allah), berarti ia telah diberi kebaikan yg banyak.”
12 ● Imam Al-Ajurry rahimahullah mengomentari perkataan Al-Fudhoil bin ‘Iyadh rahimahullah di atas dengan mengatakan, “maksud beliau (Al-Fudhoil bin ‘Iyadh) ialah betapa sedikitnya para ulama yang menjaga ilmunya dari (fitnah/godaan) dunia dan mencari (keselamatan) akhirat dengan ilmunya. Dan kebanyakan para ulama telah terfitnah oleh ilmunya (dengan menjadikannya sebagai sarana meraih kemewahan dunia, pent). Sementara ahli hikmah (orang-orang yg bijak) sangatlah sedikit. Jadi, seakan-akan beliau hendak mengatakan; “Betapa mulia n wibawanya orang-orang yang mencari (keselamatan) akhirat dengan ilmunya.” (Lihat Akhlaq A-‘Ulama, karya Al-Ajurry, hal.65).